Liputan6.com, Jakarta - Federasi Sepak Bola Dunia Internasional alias Fédération Internationale de Football Association (FIFA) diminta untuk membatalkan klaim netralitas karbon pada Piala Dunia Qatar 2022, yang akan berlangsung 20 November-18 Desember.
Kini, jelang penyelenggaraan Piala Dunia pertama yang diklaim sepenuhnya karbon netral di Qatar, para atlet, badan olahraga, pengacara, dan juru kampanye iklim berkumpul untuk mengajukan serangkaian keluhan terhadap iklan netralitas karbon palsu FIFA.
Baca Juga
Victoria Beckham Jawab Rumor Operasi Hidung, Ungkap Rahasia Tampilan Memesona
Ratu Camilla Muncul di Jamuan Kenegaraan Pakai Tiara Ratu Elizabeth II, David dan Victoria Beckham Jadi Tamu Kejutan
Persaingan Sengit Meghan Markle dan Victoria Beckham Berebut Popularitas di Netflix, Siapa yang Bakal Menang?
Salah satunya Duta Besar Piala Dunia 2022 Qatar sekaligus mantan pesepakbola kenamaan asal Inggris, David Beckham.
Advertisement
"Stadion tidak akan meninggalkan apapun selain kenangan. Fakta ini dibantah oleh Carbon Market Watch, yang menemukan jejak karbon di stadion telah salah perhitungan pada awal tahun ini," kata David Beckham mengutip pernyataan resmi Carbon Market Watch, Sabtu (12/11/2022).
Guna menangkal klaim palsu FIFA dan Qatar, sejumlah pemain dan badan olahraga dunia menyampaikan keluhan mereka melalui surat terbuka kepada FIFA. Dalam surat terbuka ini, mereka meminta FIFA membatalkan klaim netralitas karbon, bertanggungjawab mengurangi emisi sebagai hal utama dan didahulukan, serta hanya menggunakan carbon offset sebagai upaya terakhir.
Gilles Dufrasne, Global Carbon Market Lead for Carbon Market Watch yang mengajukan keluhan di Belgia, menggambarkan FIFA terlalu banyak berkoar-koar memberikan janji kosong.
"Janji mereka untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2040 tidak didukung oleh rencana yang kredibel, dan mereka belum mengukur jejak mereka sendiri, atau mengklarifikasi sumber emisi mana yang mereka rencanakan untuk ditangani," keluhnya.
"Fakta bahwa mereka sekarang mengiklankan Piala Dunia Qatar 2022 sebagai karbon netral benar-benar konyol. Klaim ini sangat tidak memiliki kredibilitas, sulit dipercaya bahwa mereka bahkan mencoba," ungkap dia.
Thomas Vellacott, CEO WWF Swiss menyayangkan acara akbar berskala dunia seperti Piala Dunia Qatar 2022, yang seharusnya bisa menyuarakan aspirasi berkaitan dengan perlindungan iklim.
"Sayangnya, FIFA bersama Qatar sebagai negara tuan rumah tidak melakukannya. Stadion ber-AC dan shuttle planes adalah skandal lingkungan yang tidak dapat dibenarkan oleh aksi greenwashing," tegas dia.
FIFA: Jangan Jadikan Piala Dunia 2022 Pertempuran Ideologi dan Politik
FIFA telah menulis surat kepada 32 peserta Piala Dunia 2022. Mereka mendesak tim untuk fokus pada turnamen di Qatar dan tidak menjadi bagian dari kampanye tentang moralitas dan menyeret sepak bola ke dalam setiap pertempuran ideologis atau politik yang ada.
Melansir Sky News, surat lengkap dari Presiden FIFA Gianni Infantino dan Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura dikirim di tengah meningkatnya tekanan pada para pemain untuk menjadi aktivis selama Piala Dunia 2022 Qatar.
Ya, Piala Dunia Qatar memang disorot karena dianggap telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia.
Mulai dari banyaknya pekerja infrastruktur Piala Dunia yang meninggal dan mendapatkan gaji minim, hingga dianggap telah melakukan diskriminasi hubungan sesama jenis.
"Tolong, sekarang mari kita fokus pada sepak bola!" Infantino dan Samoura menulis surat kepada 32 negara sepak bola yang bertanding di Piala Dunia.
"Kami tahu sepak bola tidak hidup dalam ruang hampa dan kami sama-sama menyadari bahwa ada banyak tantangan dan kesulitan yang bersifat politik di seluruh dunia. Tapi tolong jangan biarkan sepak bola terseret ke dalam setiap pertarungan ideologis atau politik yang ada," sambung surat itu.
Surat itu tidak membahas permintaan Inggris dan Wales serta enam negara Eropa lainnya agar kapten tim mengenakan ban lengan warna-warni "One Love" di Piala Dunia, sebagai tanggapan atas kekhawatiran tentang undang-undang anti-LGBTQ+ Qatar.
Inggris dan Wales sebelumnya telah mengatakan akan menentang larangan apapun oleh FIFA.
Advertisement
Qatar Merespons Kritik
Qatar makin terbuka dan responsif menerima banyak kritikan terhadap masalah hak asasi manusia jelang Piala Dunia 2022 berlangsung. Terbaru, melalui Supreme Committee for Delivery & Legacy - komite yang bertanggung jawab atas semua pembangunan dan penyediaan infrastruktur Piala Dunia di Qatar (Komite Penyelenggara Piala Dunia 2022) mereka memberikan respon terhadap protes Australia.
Sebanyak enam belas pemain Australia baru-baru ini menyuarakan keprihatinan tentang catatan pelanggaran hak asasi manusia Qatar. Melalui sebuah video, mereka menyerukan reformasi pekerja lebih lanjut serta dekriminalisasi hubungan sesama jenis.
"Kami memuji para pesepak bola yang menggunakan platform mereka untuk meningkatkan kesadaran akan hal-hal penting," demikian isi pernyataan Komite Penyelenggara mengapresiasi pernyataan para pemain Australia, seperti dikutip dari Fox Sports.
Tantangan
Komite itu juga menyatakan, segala upaya telah dilakukan untuk memastikan bahwa Piala Dunia ini memiliki dampak transformatif dalam meningkatkan kehidupan, terutama bagi mereka yang terlibat dalam pembangunan tempat kompetisi dan non-kompetisi.
"Melindungi kesehatan, keselamatan, keamanan, dan martabat setiap pekerja yang berkontribusi pada Piala Dunia ini adalah prioritas kami," tulis pernyataan tersebut.
Socceroos, termasuk kapten Mat Ryan, mengakui adanya reformasi tempat kerja yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah Qatar. "Tetapi implementasinya tetap tidak konsisten dan membutuhkan perbaikan," kata para pemain dalam pernyataan mereka.
Komite itu juga mengatakan, reformasi baru-baru ini yang diprakarsai oleh pemerintah Qatar akan mengubah budaya tempat kerja tetapi membutuhkan waktu untuk diterapkan sepenuhnya.
Reformasi ketenagakerjaan pemerintah Qatar diakui oleh ILO (Organisasi Buruh Internasional), ITUC, (Konfederasi Serikat Buruh Internasional) dan banyak organisasi hak asasi manusia sebagai patokan di kawasan itu.
Advertisement
Dampak Besar
Jumlah tersebut diperkirakan bakal bertambah mengingat permintaan tiket begitu tinggi pada Piala Dunia edisi kali ini.
Presiden FIFA, Gianni Infantino, mengungkapkan bahwa penjualan tiket memecahkan rekor yang terbanyak selama sejarah Piala Dunia.
"Piala Dunia 2022 ini sudah memiliki dampak besar di Timur Tengah," kata Infantino, dikutip dari laman resmi FIFA.
"Turnamen ini juga merupakan kesempatan bagi Qatar dan seluruh kawasan Teluk untuk menampilkan diri kepada dunia dengan cara lain dan menyingkirkan, sekali dan untuk semua, beberapa prasangka yang sayangnya ada."
"Momen itu pasti akan membantu untuk mendapatkan lebih banyak saling pengertian antara orang-orang dari budaya dan latar belakang yang berbeda, saya yakin akan hal itu."
"Kami akan memiliki dua juta orang yang datang dari seluruh dunia dan menunjukkan bahwa umat manusia dapat hidup damai bersama," ujar Infantino.
Lebih lanjut lagi, Infantino menaruh harapan tinggi bahwa sepakbola bisa lebih masif lagi perkembangannya di daerah Teluk. Sepakbola juga bisa menjadi hiburan murah dan bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Sepakbola bukan milik eksklusif segelintir orang, ini adalah olahraga dunia dan kita perlu membuatnya tumbuh di seluruh dunia,".
"Di beberapa bagian dunia mungkin ada terlalu banyak sepak bola, di bagian lain tidak ada cukup sepak bola papan atas," tutur Infantino mengakhiri.
Gandeng Suporter Bayaran
Baru-baru ini pihak penyelenggara Piala Dunia di Qatar dilaporkan akan membayar sekelompok penggemar sepak bola untuk melakukan perjalanan ke turnamen tersebut. Mereka hanya diminta untuk memberikan komentar positif dan meng-counter komentar negatif di media sosial sebagai balasannya. Kelompok ini biasa kita kenal sebagai 'Buzzer'.
Dilansir Malay Mail, Selasa (1/11/2022), Supreme Committee for Delivery & Legacy (SC) mengkonfirmasi kepada Penyiar publik Belanda NOS, tentang kebijakan mengundang kelompok pendukung ke putaran final sebagai tamu. Mereka mengatakan bahwa Qatar membayar untuk penerbangan dan hotel untuk sekelompok 50 penggemar Belanda.
Sebagai imbalannya, para pendukung ini harus menandatangani 'kode etik', mendesak mereka untuk memposting komentar yang menguntungkan tentang turnamen di media sosial dan untuk melaporkan komentar yang menyinggung, merendahkan, atau kasar oleh orang lain kepada SC, sebaiknya dengan tangkapan layar.
Penyiar publik Belanda NOS melaporkan, ada dua penggemar Belanda yang mengatakan mereka telah dipilih oleh penyelenggara turnamen sebagai "Pemimpin Penggemar", dan menambahkan bahwa mereka telah diminta untuk memilih 50 pendukung setia untuk perjalanan gratis ke Qatar.
"Saat turnamen semakin dekat, kami telah mengundang para pemimpin penggemar kami yang paling aktif untuk secara pribadi menominasikan sejumlah kecil penggemar untuk bergabung dengan kami sebagai tamu kami, sebagai cara berterima kasih kepada mereka atas kolaborasi mereka," kata juru bicara SC.
Advertisement